Islamic Widget

Rabu, 24 November 2010

Jadi Alay di Se7en Eleven

Baru kali ini gw masuk ke kios Se7en Eleven. Sebelumnya, gw anti banget datang ke kios ini karena yang datang kebanyakan anak muda, ABG, anak alay, anak gaul dan semacamnya.

Biasanya sehabis beli makanan atau minuman, mereka selalu nongkrong baik di dalam kios maupun di luar kios. Nah, kalau udah begini, gw selalu teringat ucapan teman gw,"bukan makannya yang penting, tapi nongkrongnya."

Bener juga sih, soalnya kata temen gw, yang masuk ke situ emang anak muda. Kalaupun ada orang tua, biasanya beli sesuatu yang diperlukan dan tidak sempat beli di supermarket.

Dari sisi dunia pemasaran, kios Se7en Eleven memang bisa menjadi tren setter bagi anak muda. Pas gw masuk (saat itu kios di Wahid Hasyim Jakarta Pusat) ternyata model penjualannya adalah self service. Tapi ini tidak hanya makanan seperti yang ada di supermarket biasa, pelayanannya juga untuk penjualan minuman dengan model self service baik untuk cola hingga kopi.

Di dalam kios tersebut, pembeli bisa makan di tempat. Ternyata, tempatnya lumayan cozzy dengan AC di dalamnya. Khusus yang di luar, pembeli bisa berulah sepuasnya mulai dari bermain kartu remi hingga merokok.

Ah, namanya juga anak gaul. Apalagi di Jakarta, tempat nongkrong gratis susah didapat. Enaknya lagi, di sini disediakan wifi gratis. Jadi bisa update jejaring sosial sambil menunjukkan lokasi di mana kita berada. Sehingga sekaligus menjadi word of mouth yang efektif.

Selamat jadi AL4Y...

Senin, 22 November 2010

Dana Asing Didorong Masuk sektor Riil

Bank Indonesia (BI) siap berdialog dengan Kementerian Keuangan membahas pengelolaan dana asing yang masuk (capital inflow) agar bisa didorong ke sektor riil (foreign direct investment/FDI).Saat ini regulator perbankan tersebut telah menyiapkan beberapa instrumen untuk mengalihkan dana asing agar bisa bertahan lama di Tanah Air.

”Kita baru akan membicarakan dengan menteri keuangan mulai dari konsepsi kebijakan hingga strategi pasarnya,terutama dalam menindaklanjuti pada level teknis,”ungkap Direktur Riset dan Kebijakan Moneter BI Perry Warjiyo kepada SINDO di Jakarta, Senin (22/11/2010).

Pembicaraan itu direncanakan akan fokus dalam merespons pengelolaan stabilisasi pasar moneter dan keuangan. Selain itu, pembicaraan juga akan mengerucut ke instrumen sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan surat utang negara (SUN) yang saat ini juga diperdagangkan oleh kedua belah pihak dengan tenor yang sama.

Kendati demikian, Perry enggan menjelaskan opsi instrumen mana yang akan didahulukan dalam merespons banjir dana asing ke Tanah Air.Namun,BI akan mendorong bagaimana dana asing bisa masuk ke investasi jangka panjang.

”Tapi,diskusi ini tidak cukup satu kali. Nanti akan sering berkomunikasi antara BI dan menkeu,” tambahnya.

BI sudah menyiapkan instrumen untuk menahan agar dana asing tidak bisa sewaktu-waktu keluar dari pasar di Indonesia.Opsi yang masih dalam kajian bank sentral, kata Perry, antara lain kemungkinan wajib memegang (holding period) untuk SUN hingga stabilisasi surat utang.

Hingga saat ini asing pun sudah melakukan pengalihan investasi dari SBI bertenor pendek ke SUN, apalagi saat bank sentral mewajibkan holding period SBI satu bulan dan menonaktifkan SBI tiga bulan. Tercatat, sekitar 30% investasi asing sudah masuk ke SUN. ”Tapi, itu juga merupakan bagian yang perlu kita bicarakan dengan pemerintah,”ujarnya.

Sementara itu, ekonom BNI Ryan Kiryanto menegaskan,pemerintah harus mengantisipasi bila asing ingin masuk ke sektor riil.Hal yang perlu disiapkan adalah mempermudah perizinan usaha hingga membangun infrastruktur yang dibutuhkan terutama energi hingga transportasi. ”Ini memang tidak mudah. Tapi bila ingin ekonomi berkelanjutan, pemimpin harus mulai menyiapkan hal tersebut, apalagi dana asing akan terus masuk,”kata Ryan.

Pemerintah, lanjut Ryan, juga harus konsisten dengan Undang- Undang Penanaman Modal Asing (PMA) yang tidak akan memajaki dana asing saat masuk ke sektor riil.

Sebaliknya, pajak dana asing hanya bisa dikenakan ke pasar modal (capital market) karena investor tersebut bisa sewaktu-waktu keluar. Untuk bisa menarik minat asing ke sektor riil,asing pun bisa dilibatkan dalam proyek-proyek besar seperti pembuatan jembatan, bandara, dan proyek infrastruktur lain yang memerlukan investasi besar dan tidak mungkin dibiayai seluruhnya oleh APBN.

”Justru pemerintah harus memberikan karpet merah bagi investor asing yang mau investasi ke sana,”ujarnya.

Sebelumnya Menteri Keuangan Agus Martowardojo menyatakan, pemerintah akan mengupayakan agar capital inflow bisa masuk dan membiayai usaha-usaha produktif. Saat ini ekonomi Indonesia cukup positif sehingga pemerintah akan memanfaatkan momentum tersebut dalam mendorong sektor riil serta mengupayakan FDI.

”Pemerintah akan sangat welcome dengan adanya dana yang masuk. Kita meyakinkan dana itu bisa diarahkan ke bentuk produktif dan bisa membuat untuk mengembangkan infrastruktur,” kata Agus.

Cara yang akan dilakukan adalah mendorong perusahaan negara ataupun perusahaan swasta untuk go public (IPO) dan melakukan right issue.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Armida S Alisjahbana mengatakan, menindaklanjuti capital inflowyang parkir dalam short term capital, mix kebijakan antara BI dan pemerintah termasuk menkeu akan dilakukan. Salah satunya dengan kemungkinan menyiapkan obligasi infrastruktur.

“Intinya bagaimana caranya dana yang masuk ini kita arahkan jangan yang sifatnya short term, tapi sebagian paling tidak bisa diinvestasikan ke medium dan long term antara lain infrastruktur,” tambahnya.

Dia memastikan minat investor asing kepada berbagai investasi yang ada di Indonesia potensinya sangat besar, tergantung bagaimana mengarahkannya untuk masuk ke long term. Di sisi lain,untuk mengalihkan derasnya capital inflow, pemerintah mewacanakan obligasi infrastruktur akan diterbitkan dengan instrumen surat berharga syariah negara (SBSN).

“Saya kira itu termasuk agenda kita dalam prioritas penerbitan instrumen SBSN.Yang dimaksud dengan obligasi infrastruktur adalah seperti sukuk yang berbasis proyek,” kata Dirjen Pengelolaan Utang Rahmat Waluyanto dalam diskusi dengan wartawan di Jakarta,Sabtu (20/11).

Dia mengatakan, instrumen sukuk berbasis proyek ini merupakan salah satu instrumen yang akan di salurkan modalnya ke sektor riil. Obligasi infrastruktur berbasis SBSN diharapkan dapat segera direalisasikan.

Jumat, 19 November 2010

Hindari Zona Nyaman!!

Tanggal 1 Desember nanti, tepat tiga tahun saya bekerja di Harian Seputar Indonesia. Tanpa terasa, waktu tersebut saya habiskan untuk keliling liputan mulai dari bidang lifestyle hingga ekonomi.

Beragam kesan mulai dari wawancara artis hingga anggota dewan. Mulai dari pengusaha hingga Direktur Utama perusahaan terkemuka. Asyiknya, dalam liputan tersebut saya benar-benar bisa belajar mengelola bisnis.Hmmmm..rasanya susah untuk meninggalkannya.

Pertama kali saya bergabung dengan media cetak dari anak usaha MNC tersebut saat saya masih di Pulau Dewata, Bali. Puluhan anak direkrut, istilahnya bedol desa, dari media lama ke media baru ini. Alasan saya untuk bergabung dengan media ini adalah saya ingin belajar di banyak media, karena satu tujuan utama saya adalah memiliki usaha media sendiri. Entah kapan bisa tercapai.

Tapi, setelah tanya dari Mbah Google atau dari kolom-kolom karir dan psikologi mengungkapkan bahwa jika kita ingin sukses maka kita harus beranjak dari tempat zona nyaman kita.

Memang belum tentu di tempat kerja baru akan memiliki suasana seperti di tempat kerja lama. Tapi, saya harus belajar lebih keras lagi. Saya tidak mau hanya bekerja sampai di sini saja.

Jika ada kesempatan, dan ada tawaran lebih menggiurkan kembali, walau bukan dengan posisi lebih tinggi, saya akan berusaha mengejarnya. Termasuk kesempatan saya untuk bisa masuk ke media lain.

Yupz..seminggu lalu saya memasukkan lamaran ke media cetak ekonomi. Sebenarnya saya juga tidak berkeinginan sendiri karena saya masih trauma dengan media tersebut. Notabene, media yang akan saya tuju itu memberikan kerja yang ekstra berat, dan dengan hasil yang tidak terlalu tinggi.Hmmmm..

Tapi, saya masih ingin mewujudkan cita-cita saya tersebut. Ingin berkelana di suatu media dan saya bisa belajar dari pemimpin media tersebut dalam mengelola bisnisnya.

Sore tadi, saya ditelpon oleh HRD media tersebut untuk melakukan wawancara Rabu depan.Kaget juga sih, ternyata cepat juga. Ini pasti hasil desakan dari teman yang menjadi wartawan di media tersebut. Dalam pesan di Facebook sebelumnya mengabarkan bahwa saya sudah 70% bisa diterima. Hahahaha...thanks buat Andrie Indradie...

Btw, saya juga belum tahu apakah bisa diterima di media tersebut atau tidak. Prinsipnya,saya akan bertanggung jawab atas apa yang saya lakukan. Jika sebelumnya banyak yang bilang bahwa media tersebut kejam dalam memeras karyawannya, maka saya akan membuktikan apakah benar demikian. Intinya, saya akan siap melepas zona nyaman saya menuju media pertarungan selanjutnya.

Percayalah, di media manapun atau di tempat kerja manapun di dunia ini pasti ada positif dan negatif. Asal, bagaimana kita bisa menjalaninya dengan sepenuh hati, penuh dedikasi dan tanggung jawab.

Kembali lagi mengutip sebuah pepatah, Jika Kau ingin sukses maka segera keluarlah dari Zona Nyaman Anda. Sekarang atau tidak sama sekali!!Welcome to the new place!

Bunga Kredit Investasi Turun

Bank Indonesia (BI) mencatat bunga kredit investasi perbankan nasional hingga minggu kedua November mengalami penurunan sampai 26 basis poin (bps).

Namun, akibat bunga kredit konsumsi yang naik hingga 24 bps,suku bunga dasar kredit (SBDK) mengalami kenaikan tipis. ”Kelompok Bank campuran paling banyak menurunkan bunga kredit investasinya,” ungkap Kepala Biro Humas BI Difi A Johansyah dalam siaran pers di Jakarta, Kamis (18/11/2010).

Difi menjelaskan, bank campuran mulai menurunkan bunga kredit investasinya sebesar 16 bps dari 11,96% menjadi 11,8%, disusul bunga kredit bank asing yang turun 9 bps dari 9,65% menjadi 9,56%,bank swasta turun 2 bps dari 14,8% menjadi 14,78% dan bank BPD turun 1 bps dari 15,24% menjadi 15,23%. Sementara bank persero stagnan di level 13,66%. Di sisi lain, lanjut Difi, bunga kredit konsumsi terus meningkat.

Secara industri bunga kredit konsumsi naik 24 bps dari 15,46% menjadi 15,7%.Kenaikan bunga kredit konsumsi dikontribusikan dari bunga kredit bank asing dengan 218 bps dari 18,52% menjadi 20,7%,bank swasta naik 2 bps dari 14,99% menjadi 15,01%. Sementara lainnya stagnan yaitu bank persero (16,63%), BPD (15,45%) dan bank campuran (15,02%). Menurut Difi, selama pekan laporan, secara umum pergerakan suku bunga efektif kredit rupiah mengalami penurunan atau sama dengan pekan sebelumnya.

Adapun kelompok bank swasta dan bank asing menaikkan suku bunga kredit konsumsi efektif, sedangkan suku bunga kredit modal kerja efektif kelompok BPD naik 2 bps. Sementara itu, perkembangan suku bunga efektif kredit valas cenderung lebih stabil.Pergerakan yang cukup signifikan terjadi pada kelompok bank campuran, yakni menaikkan suku bunga kredit modal kerja efektif dan kredit investasi efektif masing-masing sebesar 73 bps dan 28 bps.

Dihubungi terpisah, pengamat perbankan Mirza Adityaswara menjelaskan, bunga kredit investasi perbankan mengalami penurunan disebabkan karena kompetisi. Sehingga otomatis perbankan harus efisiensi dalam pengelolaan biaya dana dan marjin bunga bersih untuk meningkatkan kreditnya.” Bunga kredit turun karena kompetisi, bukan karena disuruh turun oleh BI,”bebernya.

Sementara itu,Ekonom Kepala The Indonesia Economic Intelligent (IEI) Sunarsip menambahkan jenis kredit investasi di perbankan merupakan kredit yang kurang diminati oleh debitor. Namun, perbankan juga harus menjaga penyaluran kredit terutama di tiga segmen kredit, yaitu kredit modal kerja (KMK), kredit investasi (KI) dan kredit konsumsi (KK). ”Untuk menggenjot kredit, maka kredit investasi juga harus digenjot. Salah satunya dengan menurunkan bunga kredit investasi,” papar Sunarsip.

Mengenai bunga kredit konsumsi yang mengalami kenaikan, kata dia, disebabkan permintaan kredit konsumsi cenderung lebih meningkat dibandingkan kredit jenis lainnya.Selain itu,kredit konsumsi cenderung tidak memiliki jaminan. Sehingga untuk mengurangi risiko yang ada, maka perbankan cenderung menambahkan biaya dana sekaligus bunga kredit untuk mengantisipasi risiko gagal bayar (default) atas kredit konsumsi yang disalurkannya.

”Sebenarnya kredit konsumsi juga bisa turun, tapi penurunannya tidak bisa secepat dibandingkan kredit investasi dan kredit modal kerjanya,” katanya.

Direktur Konsumer Bank Mega Daniel Budirahaju mengatakan, kredit konsumsi cenderung diminati debitor. Sehingga perseroan juga meningkatkan bunga kreditnya untuk menekan risiko yang ada. ”Tapi kami cenderung menurunkan bunga kredit konsumernya,” ujar Daniel.

Di awal tahun lalu, Bank Mega memiliki bunga kredit konsumsi di level 14%.Tapi di kuartal III/2010 ini,bunga kredit konsumsinya bisa ditekan di level 13%. Penurunan tersebut disebabkan karena penurunan biaya dana (cost of fund). Apalagi marjin bunga bersih (NIM) perseroan juga turun dari 5,3% menjadi 5,1%.

Kamis, 18 November 2010

Orang Jakarta Beli 800 Mobil Per Hari

Orang Jakarta dan sekitarnya terbukti membeli 800 mobil per hari. Data tersebut berasal dari Polda Metro Jaya yang mencatat pergerakan dan perijinan mobil dan sepeda motor di wilayah ibukota.

Pertumbuhan pembelian otomotif tersebut disebabkan karena perekonomian Indonesia sedang membaik. Selain itu orang kaya baru (OKB) di Indonesia sudah mulai tumbuh. Alhasil, mereka membeli barang-barang konsumsi yang notabene sedang gencar ditawarkan oleh perbankan maupun industri perusahaan pembiayaan (multifinance).

Kinerja industri multifinance (perusahaan pembiayaan) dari tahun ke tahun makin cemerlang.Hal ini dipicu lonjakan penjualan mobil dan sepeda motor setiap tahunnya. Bahkan, tahun depan aset perusahaan pembiayaan diprediksi bisa tembus Rp276 triliun.

Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Wiwie Kurnia mengatakan, kinerja industri multifinance yang cukup baik tahun ini tidak terlepas dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terus mengalami perbaikan.

“Kondusifnya pertumbuhan ekonomi,memengaruhi penjualan industri automotif baik penjualan mobil maupun motor. Tentu hal ini berdampak baik bagi pertumbuhan industri multifinance,” kata Wiwie di Jakarta, Selasa (16/11/2010).

Menurut Wiwie,jika kondisi tahun ini bisa dipertahankan hingga tahun depan,maka APPI optimistis aset multifinance bisa tumbuh 20% menjadi Rp276 triliun. Ini dengan asumsi jika sampai akhir tahun aset industri perusahaan pembiayaan bisa mencapai Rp230 triliun. ”Sebenarnya target 20% merupakan target konservatif. Biasanya bisa 25–30%,”ungkap dia.

Hingga September, aset multifinance meningkat 26% (ytd) atau 30% (yoy) menjadi Rp220,57 triliun. Nilai tersebut sudah melampaui target yang sebenarnya akan dicapai hingga akhir tahun ini yaitu sebesar Rp200 triliun.Peningkatan aset tersebut disebabkan pembiayaan mobil dan motor dalam periode yang sama naik 25% (ytd) atau 27% (yoy) menjadi Rp177,7 triliun.

Wiwie menjelaskan,pembiayaan tersebut banyak dikontribusikan dari pembiayaan mobil dan sepeda motor.Peningkatan pembiayaan mobil hingga Oktober sebesar 60,4% (ytd) dari 389.689 unit menjadi 625.322 unit. Hingga akhir tahun ditargetkan bisa tercapai 700.000 unit.”Tahun depan bisa naik menjadi sekitar 800.000 unit,”tambahnya.

Uniknya, lanjut Wiwie, pasar Jakarta menyerap sekitar 50% dari total pembiayaan mobil tersebut. Porsi tersebut disebabkan daya beli masyarakat Ibu Kota meningkat signifikan dari tahun ke tahun.

”Bahkan,dalam catatan Polda Metro Jaya ada sekitar 800 mobil baru per hari yang dicatatkan di sana.Ini berarti animo masyarakat dalam membeli mobil sangat besar.Tahun depan diprediksi ada 1.000 mobil baru per hari,”jelas dia.

Peningkatan signifikan juga disebabkan pembiayaan sepeda motor. Hingga akhir Oktober 2010, pembiayaan sepeda motor naik 30% (yoy) atau 13% (mom) menjadi 6.205.377 unit.

Target hingga akhir tahun mencapai 7 juta unit.Sekitar 25% dari penjualan sepeda motor tersebut terserap ke pasar Jakarta atau mencapai 1,75 juta unit. Di Polda Metro bisa tercatat sekitar 3.500–4.000 unit sepeda motor per hari.

”Tahun depan diperkirakan akan tumbuh menjadi sekitar 8–8,4 juta unit sepeda motor atau tumbuh sekitar 20%,”jelasnya.

Peningkatan penjualan alat transportasi berupa sepeda motor dan mobil ini,kata Wiwie,dipengaruhi oleh kurang minatnya warga Ibu Kota terhadap alat transportasi umum,seperti naik kereta api,bus kota,atau Transjakarta.

Ekonom BNI Ryan Kiryanto menilai pasar automotif di Tanah Air masih menarik untuk dibiayai baik dari perbankan maupun multifinance. Hal itu seiring dengan permintaan barang yang diikuti oleh produksi barang yang seimbang.

”Justru kondisi tidak bagus bila produksi berlebih tapi permintaan berkurang. Meski harga diturunkan dan daya beli lemah maka industri tidak akan tumbuh,”kata Ryan.

Permintaan automotif khususnya mobil,lanjut Ryan,di tahun ini justru relatif lebih bagus dibandingkan tahun lalu. Indikatornya adalah daya beli meningkat seiring dengan pertumbuhan makroekonomi. Masalah hanya muncul karena penyerapan kredit automotif banyak dilakukan di Ibu Kota.

”Itu problemnya, tapi ini jangan disalahkan industrinya, tapi infrastrukturnya.Jika industri tidak jalan, maka penyerapan tenaga kerja juga turun, ini yang menimbulkan gejolak sosial,”katanya.

Saran Ryan,industri pembiayaan automotif bisa mendiversifikasi lokasi dengan tidak hanya menyasar pasar Jawa, tapi bisa dialihkan ke luar Pulau Jawa.

”Jika hanya di Jawa, lama-lama kan jenuh. Orang akan frustrasi kalau habis beli mobil, terus macet,”pungkasnya.

Rabu, 17 November 2010

Kasih Uang, Habis Perkara!

Itulah yang terjadi di sistem pengadilan tanah air. Apapun bisa dibayar dengan uang. Tak terkecuali masalah hukum.

Kali ini negara sedang dihebohkan oleh kasus plesiran dari seorang tahanan tersangka mafia kasus pajak, Gayus Tambunan.Kabarnya, Gayus berhasil nonton pertandingan tenis di Pulau Dewata selepas membayar sejumlah "upeti" ke penjaga tahanan.

Hmmmm..inilah yang disebut pasal KUHP, Kasih Uang Habis Perkara. Hukum kita terlalu mudah untuk dibeli, khususnya oleh orang-orang berduit. Daripada repot menginap di hotel prodeo, mendingan bayar uang dan selesailah perkara.

Sebelumnya juga pernah terjadi kasus penyuapan Rp6 miliar kepada jaksa Urip Tri Gunawan oleh Artalyta Suryani alias Ayin. Meski sudah divonis 5 tahun di Rutan Pondok Bambu, hotel prodeo yang khusus disiapkan untuk Ayin justru bernuansa hotel mewah sungguhan.

Bagaimana tidak, penjara yang seharusnya tidak ada fasilitas apapun justru dilengkapi dengan televisi, kulkas hingga AC. Oalahhhh..lagi-lagi ini urusan uang. Bagaimana mungkin Ayin dapat fasilitas mewah tanpa ada kongkalikong dengan pejabat setempat?

Uang..alat pembayaran ini seakan menjadi hal biasa untuk membeli sesuatu, bahkan nyawa sekalipun.Ah, janganlah sampai ke urusan nyawa. Kita saja kalau terkena tilang, mendingan bayar di tempat agar segera beres. Bagaimana dengan Anda?

Saya jadi prihatin dengan kondisi bangsa ini yang seolah-olah mempermainkan negara.Bagaimana tidak, rakyat yang masih didominasi oleh kemiskinan ini telah dinodai oleh kasus segelintir pejabat. Akibatnya, rakyat yang susah bertambah susah. Dan pejabat yang kaya justru tambah kaya. Lha wong saat dia kena kasus, dia langsung menyodorkan uang untuk menyelesaikan perkara!!

Tidak perlu menyalahkan siapapun! Yang terpenting adalah bagaimana kita bisa jujur dan berusaha bersih dalam menerima dan menyalurkan rejeki kita. Bagaimana pun, apapun dan dengan cara apapun kita menerima rejeki akan mempengaruhi segala pemmikiran kita. Jika kita menerima rejeki haram, maka otomatis kita makan dengan sesuatu yang haram, otomatis darah yang mengalir ke tubuh kita juga haram. Pemikiran kita pun juga sudah tidak berdasarkan akal sehat lagi, justru melebihi setan..

Sabtu, 13 November 2010

Penantian Kehidupan

Dalam kehidupan, orang pasti mengenal adanya penantian. Baik itu menanti sebagai wujud berbentuk ataupun tak berwujud.Penantian ini bisa saja berujung di suatu titik, tapi bisa saja sewaktu-waktu datang tiba-tiba.

Dalam kehidupanku, saat ini aku sedang menanti. Paling tidak aku hanya menanti empat hal yaitu Karir, Menikah, Beasiswa S2 dan Kematian.

Dari empat prioritas tersebut, aku pun tidak tahu atas rahasia Tuhan yang akan ditunjukkan-Nya terlebih dahulu. Dalam pikiranku, setiap perjalanan langkah menuju empat hal tersebut, aku berusaha untuk menjemputnya sesuai kaidah yang telah ditentukan.

Semoga dalam penantian kehidupanku tersebut tidak mendapat aral melintang, persis seperti di sinetron-sinetron atau film-film gaya ABG.Semoga dengan ketiga penantian pertama itu bisa membawaku dalam mempersiapkan penantian terakhir, yaitu kematian. Kematian yang baik (khusnul khotimah) dan bisa meninggalkan harta yang tidak akan habis meski kematian menjemput yaitu ilmu yang bermanfaat, amal ibadah dan anak yang sholeh serta sholihah.

Amiin.

Jumat, 12 November 2010

Sistem Pembayaran ATM Disatukan 2011

Bank Indonesia (BI) akan menyatukan sistem pembayaran (national payment gateway/NPG) pada mesin ATM perbankan seluruh Indonesia. Rencana tersebut akan direalisasikan pada kuartal III/2011.

Dengan sistem interkoneksi pada seluruh mesin ATM tersebut, maka penyedia jasa ATM akan saling terkoneksi satu dengan yang lain. Hingga saat ini ada tiga jaringan nasional penyedia jasa ATM yaitu PT Artajasa Pembayaran Elektronis (Artajasa),PT Rintis Sejahtera (Prima) dan PT Daya Network Lestari (ALTO).

”Dengan interkoneksi tersebut maka nasabah BCA bisa melakukan transaksi dengan Bank Mandiri, atau sebaliknya. Saat ini kan belum bisa,” ungkap Kepala Biro Kebijakan dan Pengembangan Sistem Pembayaran BI Aribowo di Jakarta,Kamis (11/11/2010).

Dia mengatakan, sistem interkoneksi ini akan membuat sistem pembayaran perbankan nasional makin efektif dan efisien. Sehingga nasabah masing-masing bank tidak akan direpotkan dalam melakukan transaksi di masing-masing ATM. Nantinya,kata Aribowo, bank sentral juga akan menyatukan koneksi antara mesin ATM dan mesin electronic data capture (EDC) di masing-masing merchant.

”Tapi untuk masalah ini sedang kita bicarakan dengan asosiasi,”katanya.

Menurut dia, selain berbicara dengan perbankan dan perusahaan penyedia jasa ATM, BI juga menggandeng PT Telekomunikasi Indonesia.

”Kami mengajak Telkom yang mengetahui tentang aspek teknologinya,” katanya.

Kendati demikian, regulator perbankan tersebut belum menentukan biaya interchange atas interkoneksi jaringan ATM tersebut. Namun, Aribowo meyakini biaya interchange perbankan semakin lama semakin menurun.

”Kami masih studi untuk tentukan biaya interkoneksinya. Tapi ini tugas asosiasi untuk menyepakati harga transaksi interchange tersebut,” ungkapnya.

Ketua Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) Budi Gunadi Sadikin menjelaskan pihak asosiasi akan menciptakan satu standar sistem pembayaran yang murah, efisien dan mudah diakses masyarakat.

Dengan standardisasi ini,maka nantinya cukup satu mesin ATM untuk transaksi dari berbagai bank. Nantinya satu mesin ATM ini, kata dia,bisa melakukan transaksi ke ATM lain atau bisa juga untuk transaksi kartu debit. Standardisasi ini tentu akan memudahkan perputaran atau perbelanjaan dari nasabah.

”Sehingga akan memperbaiki perdagangan maupun ekonomi Indonesia,”kata Budi.

Selain masalah penyatuan sistem pembayaran ATM,lanjut Budi, ASPI akan membuat standarisasi teknologi yang dapat menjangkau daerah terisolir.Asosiasi akan membuat 2 hingga 5 standarisasi teknologi per tahun.

”Sehingga (standar) itu bisa dipakai bank-bank peserta atau nonpeserta agar dapat menjadi arahan mereka dalam membangun sistem,”paparnya.

Budi menganggap bahwa standarisasi yang mendesak yang akan diatur adalah transaksi prabayar. Hingga saat ini ada dua bank besar yang memiliki transaksi prabayar relatif lebih besar dibandingkan bank lainnya.

”Itu perlu disamakan. Transaksi ATM juga belum semua tersambung,”ujarnya.

Untuk bisa melakukan hal tersebut, Budi menjelaskan, pihak asosiasi akan berdiskusi antarbank. Harapannya dengan duduk bersama sesama pemain bank maka akan dapat disepakati atas standarisasi penyatuan sistem pembayaran tersebut. Jika standar sama, maka makin banyak pemakai dan makin mudah bagi nasabah.

Kamis, 04 November 2010

BI Dukung Virtual Holding Bank BUMN

Bank Indonesia (BI) memberikan sinyal akan menyetujui rencana Kementerian BUMN untuk membentuk virtual holding bank BUMN dalam rangka memenuhi aturan (single presence policy/SPP).

Direktur Perencanaan Strategis dan Humas BI Dyah NK Makhijani menegaskan, bank sentral akan mendukung apa yang diinginkan pemerintah (Kementerian BUMN) demi untuk kemajuan bank-bank BUMN.“Kalau kita baca dari koran rasanya inline dengan pemikiran BI. Mungkin tinggal diskusi saja antara BUMN dan BI,” kata Dyah di Jakarta, Selasa (2/11/2010).

Kepala Biro Humas BI Difi Ahmad Johansyah menyatakan, bank sentral masih mempelajari konsep yang ditawarkan Kementerian BUMN. Selain itu, bank sentral juga siap diajak berdiskusi antara masing-masing bank BUMN maupun dari Kementerian BUMN. “Virtual holding itu solusi BUMN. Kita juga belum tahu teknisnya seperti apa dan kita siap diajak diskusi bersama,”kata Difi.

Bank sentral,kata dia,menyambut baik kebijakan yang dikeluarkan Kementerian BUMN selaku pemegang saham mayoritas bank plat merah tersebut.Namun,selama kebijakan tersebut tidak melenceng dari garis kebijakan BI (masih inline), hal tersebut tidak menjadi masalah antara keduanya.“Sampai saat ini belum ada pembicaraan resmi antara BI dan BUMN tentang virtual holding,”ujarnya.

Direktur Utama PTBank Tabungan Negara Tbk (BTN) Iqbal Latanro optimistis wacana virtual holding akan mendapatkan persetujuan dari BI.Usulan tersebut yang paling realistis untuk memenuhi ketentuan BI soal SPP.“Kalau lihat sinyalnya sih, saya kira BI akan setuju.Tetapi, ini kan masih wacana yang masih perlu didiskusikan,”katanya.

Menurut Iqbal, kepemilikan pemerintah di bank BUMN sebaiknya tetap seperti saat ini dan diperkuat dengan komite dari wakil bank-bank BUMN sehingga menjadi semacam virtual holding. Jika dilakukan merger, salah satu dampak yang muncul adalah pemutusan tenaga kerja.“Maka dengan komite itu tidak akan ada persaingan yang tidak sehat antara bank BUMN. Tetapi persaingan dalam bisnis tetap diperlukan,”katanya.

Iqbal mengatakan, virtual holding diharapkan dapat menciptakan efisiensi antarbank BUMN seperti dalam pengelolaan teknologi bersama, pemasaran yang saling menunjang, dan peningkatan pelatihan sumber daya manusia. “Virtual holding bisa meningkatkan efisiensi dengan memperkuat kelembagaan dengan aksi-aksi korporasi yang lebih jelas. Ini masih diskusi kita cari bentuk yang paling cocok,”ungkap dia.

Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk Zulkifli Zaini menyambut baik kebijakan virtual holding. Opsi yang dikeluarkan sebelumnya baik merger ataupun pembentukan holding akan memerlukan waktu yang lama dan banyak efek negatifnya.“Virtual holding itu tidak menggabung bank, tapi hanya dikoordinir oleh Menteri BUMN dalam sebuah komite yang diisi oleh masing-masing komisaris bank.Itu sebetulnya yang mungkin agak dekat,”kata Zulkifli.

Dari pengalaman bank sentral India, kata Zulkifli, perbankan pemerintah tidak dimerger.Masalahnya, merger ini akan membutuhkan waktu lama untuk mencapai stabilisasi.

Sebelumnya Deputi Menteri BUMN Bidang Jasa Perbankan Parikesit Suprapto mengatakan, virtual holdingyang dibentuk nanti bakal memiliki fungsi sebagai perusahaan induk. Akan tetapi,virtual holding yang dimaksud tidak akan memegang saham empat bank BUMN yang dibawahinya. “Kami telah berkonsultasi dengan Bank Indonesia dan pembentukan virtual holding sangat dimungkinkan. Pada dasarnya,pembentukan holding adalah untuk mempermudah koordinasi di antara bank-bank BUMN,”ujar Parikesit.

http://economy.okezone.com/read/2010/11/03/320/389202/bi-dukung-virtual-holding-bank-bumn

Kredit Perbankan Tumbuh 21,09%

Bank Indonesia (BI) mencatat total penyaluran kredit perbankan hingga Oktober telah mencapai Rp1.659,47 triliun.Angka tersebut naik 21,09% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Kepala Biro Hubungan Masyarakat BI Difi Ahmad Johansyah mengatakan, kenaikan kredit tersebut ditopang meningkatnya jumlah penyaluran kredit perbankan dalam sepekan (25-29 Oktober 2010) sebesar Rp12,05 triliun. ”Kredit tersebut lebih tinggi dari rata-rata per pekan sebesar Rp7 triliun sehingga pertumbuhan kredit secara year to date menjadi 16,03% dan year on year (yoy) sebesar 21,09% menjadi Rp1.659,47 triliun,” ujar Difi di Jakarta, Rabu (3/11/2010).

Menurut Difi, kenaikan kredit selama sepekan laporan sebagian besar dibiayai dari dana pihak ketiga (DPK) yang bertambah sebesar Rp10,26 triliun dalam seminggu menjadi Rp2.149,74 triliun. Secara year to date DPK pun naik 9,10% menjadi Rp179,3 triliun atau 17,06% (yoy) menjadi Rp313,25 triliun. Perkembangan kredit, lanjut dia, seperti tren pada tahun-tahun sebelumnya,menjelang akhir tahun intermediasi perbankan semakin membaik.Kredit dalam bentuk rupiah naik sebesar Rp8,18 triliun, sedangkan kredit valas naik Rp3,87 triliun.

Dengan demikian, selama 2010 kredit tercatat naik Rp229,27 triliun dan secara year on yearnaik Rp298,12 triliun. ”Kenaikan kredit rupiah dalam sepekan terakhir terjadi pada semua kelompok bank, dan tertinggi pada kelompok bank swasta dan persero masing-masing naik Rp2,88 triliun dan Rp2,46 triliun,”katanya. Sementara untuk kredit valas, kata Difi, hanya kelompok Bank Pembangunan Daerah (BPD) yang tidak mengalami peningkatan.

Peningkatan tertinggi terjadi pada kelompok bank persero dan swasta masing-masing Rp1,58 triliun dan Rp1,32 triliun. Mengenai suku bunga,Difi menuturkan, berdasarkan laporan perbankan selama sepekan, mereka cenderung tidak banyak mengubah kebijakan suku bunganya, baik rupiah maupun valas. Spread suku bunga rupiah hanya mengecil dari 1 bps dari 5,69% menjadi 5,68%.Hal itu karena peningkatan tipis rata-rata suku bunga deposito satu bulan dalam rupiah.

”Sementara suku bunga dasar kredit (SBDK) industri perbankan tidak berubah, ”ungkapnya.

Menurut dia, hanya kelompok bank campuran dan bank asing yang masing-masing menurunkan SBDK rupiah sebesar 1 bps.Namun, penurunan yang sangat tipis tersebut tidak berdampak pada SBDK rupiah industri perbankan yang stabil pada angka 12,19%.

Sementara itu, kenaikan tipis rata-rata suku bunga deposito rupiah satu bulan disebabkan kenaikan suku bunga pada kelompok BPD sebesar 6 bps. Namun, kenaikan tersebut diimbangi dengan penurunan rata-rata suku bunga deposito satu bulan pada kelompok bank asing dan campuran yang masing-masing turun 6 bps. Pada instrumen valas, baik SBDK maupun rata-rata suku bunga deposito satu bulan, cenderung tidak berubah. Hanya kelompok campuran yang menurunkan SBDK-nya 1 bps.

Berdasarkan jenis penggunaan, suku bunga efektif rupiah untuk kredit konsumsi (KK) lebih tinggi dari kredit modal kerja (KMK) dan kredit investasi (KI) pada empat kelompok bank (persero, swasta, bank asing, dan campuran), tertinggi pada bank asing sebesar 20,80%.

Secara terpisah, ekonom Standard Chartered Bank Eric Sugandhi pesimistis pertumbuhan kredit tahun ini bisa menembus level 22- 24%. Pertumbuhan kredit secara year to datebaru mencapai 16,03%.

”Secara year on year memang tinggi, tapi saya pesimistis bisa menembus 22-24% hingga akhir tahun,” kata Eric.

Menurut dia, pertumbuhan penyaluran kredit ideal hingga akhir tahun secara moderat bisa tumbuh sekitar 20-22%.Target rencana bisnis bank (RBB) sebesar 22-24% bisa dicapai jika perbankan bisa meningkatkan kredit sebesar 8% hanya dalam waktu dua bulan.